Oke kawan, kali ini aku akan berbagi pengalamanku selama berlibur di Kediri. Disana aku sempat mengunjungi beberapa tempat wisata yang mungkin beberapa diantara kalian sudah pernah juga mengunjungi tempat ini hehe.Pertama, aku mengunjungi Goa Selomangleng.Namanya sedikit unik ya, kawan, hehe. Goa ini dinamakan Selomangleng dikarenakan lokasinya yang berada di lereng bukit (Selo = batu, Mangleng
= miring), kira-kira 40 meter dari tanah terendah di kawasan. Gua ini
terbentuk dari batu andesit hitam yang berukuran cukup besar, sehingga
nampak cukup menyolok dari kejauhan.Gua Selomangleng merupakan objek wisata populer di Kotamadya Kediri
yang berada di utara kota dan dilengkapi akses jalan raya yang mulus,
tersedia angkutan kota dan dekat dengan universitas serta SMA Negeri di Kota Kediri. Berhubung letak Goa ini sangat dekat dengan rumah eyang, jadi aku hanya perlu berjalan kaki selama 30 menit untuk mencapai Goa tersebut. Nah selama aku berada di Goa Selomangleng, aku sempat mengabadikan gambar, beberapa diantaranya :
Sepintas tidak ada yang istimewa di goa
batu ini, keunikan baru terlihat begitu mendekati pintu gua. Beberapa
meter dibawah mulut gua terdapat beberapa bongkahan batu yang
berserakan. Sebagian diantaranya terdapat pahatan, menandakan bahwa
tempat ini sudah pernah disentuh manusia. Berbagai corak relief menghiasai dinding luar gua, diantaranya ada yang berbentuk manusia.
Melongok ke dalam gua, suasana gelap gulita dan aroma dupa yang cukup
menyengat datang menyambut pengunjung. Tidak heran bila ada beberapa
pengunjung yang takut atau berfikir panjang sebelum memutuskan untuk
memasukinya. Kesan mistis terasa kental sekali saat berada di dalamnya.
Beberapa pengunjung nampak buru-buru keluar setelah tidak lama memasuki
ruang karena, dikarenakan tidak kuat dengan aroma dupa yang menyengat.
Gua yang terbuat dari batuan andesit ini menjadikannya kedap air. Tidak ada stalagtit maupun stalagmit
yang umum dijumpai pada gua-gua alam. Terdapat tiga ruangan dalam gua,
dari pintu masuk kita akan tiba di ruangan utama yang tidak begitu lebar
dengan sebuah pintu kecil di sisi kiri dan kanan untuk menuju ruangan
lain dari dalam gua. Di dalam gua ini banyak sekali dijumpai relief yang menghiasi dinding gua. Diperlukan penerangan tambahan untuk bisa
melihatnya dengan jelas. Saya sendiri menggunakan sinar lampu dari
telepon genggam yang kebetulan bisa difungsikan sebagai lampu penerangan
(senter). Pada dasar lantai banyak sekali ditemukan bunga-bunga sesajen
berwarna merah dan kuning yang masih segar. Suatu pertanda bahwa tempat
ini cukup sering digunakan untuk mengasingkan diri, bertapa atau
tirakat bagi kalangan masyarakat tertentu. Memasuki ruangan sebelah kiri dari pintu masuk gua, pengunjung mesti
sedikit merangkak dikarenakan ukuran pintunya yang cukup kecil. Ketika
mencoba memasuki ruangan tersebut, praktis cahaya yang ada semakin minim
dikarenakan tidak adanya penerangan pada ruang tersebut. Ditambah
ruangannya yang kecil dengan atap yang rendah sehingga kesan sempit dan
sumpek mendominasi suasana dalam ruangan tersebut. Sulit kali untuk
melihat apa saja yang ada di dalam ruangan tersebut. Ketika mencoba
menelusuri dinding gua dengan penerangan dari telpon genggam, barulah
terlihat bahwa bagian dalam gua tersebut juga memiliki relief-relief
yang senada dengan bagian luar gua. Berbeda dengan ruang sebelah kiri gua, pada sisi kanan gua, terdapat
relief pada bagain atas dari pintu masuk. Mirip dengan relief yang
sering menghiasi bagian atas dari pintu masuk candi. Ruangan ini sedikit
lebih lebar dari sisi kiri. Pada dinding gua, terdapat bagian yang
menonjol dengan cerukan kecil dibagian bawahnya, membentuk tungku.
Sebatang dupa yang masih menyala nampak berada di dalam tungku tersebut,
menebarkan aroma menyengat yang memenuhi seluruh ruangan. Relief-relief
yang ada masih bisa terlihat cukup jelas untuk dinikmati.
Nah sekian untuk posting kali ini, see you :))
0 komentar:
Posting Komentar